Beranda | Artikel
Sifat Qanaah
Senin, 22 Juni 2020

Bersama Pemateri :
Ustadz Abu Ihsan Al-Atsary

Sifat Qana’ah adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan kitab Aktualisasi Akhlak Muslim. Pembahasan ini disampaikan oleh Ustadz Abu Ihsan Al-Atsaary pada Senin, 30 Syawwal 1441 H / 22 Juni 2020 M.

Ceramah Agama Islam Tentang Sifat Qana’ah

Pada kesempatan siang ini kita kembali bertemu untuk melanjutkan pembahasan buku ensiklopedi akhlak Salaf. Pada pembahasan sebelumnya kita telah membicarakan tentang salah satu akhlak yang mesti kita miliki, yaitu zuhud. Dan kita juga membicarakan bahwa zuhud ini tidak akan bisa kita realisasikan dalam kehidupan kita tanpa mengenal hakikat dari dunia dan melihat dunia dari sudut pandang yang benar sehingga kita dapat menyikapinya secara bijak, tidak menjadi budak ataupun menjadi hamba dunia, dan kita bisa meletakkan dunia pada tempatnya, dan dunia tidak memperdaya kita. Itu merupakan salah satu kondisi yang harus kita miliki agar kita bisa meraih akhlak zuhud tadi.

Setelah zuhud, akan lahir akhlak berikutnya yaitu qana’ah. Tentunya zuhud ini adalah pasangan bagi qana’ah. Qana’ah akan lahir dari seorang yang memiliki kezuhudan, seseorang dapat melihat dan memandang dunia dengan benar. Sehingga dari situ akan lahirlah sifat qana’ah.

Qana’ah ini merupakan modal bagi seorang hamba didalam menjalani kehidupan dunia sampai akhir perjalanannya dengan selamat. Dia dapat selamat dengan qana’ah, dia dapat bekal yang cukup dalam perjalanannya di dunia dengan bekal qana’ah tadi. Sehingga dikatakan bahwa qana’ah adalah kekayaan yang tidak akan sirna. Maka beruntunglah seorang hamba yang mempercantik budi pekertinya dengan sifat qana’ah ini. Dia akan merasa berkecukupan. Karena qana’ah ini ibarat perbendaharaan atau kekayaan yang tidak berhingga nilainya dan tidak akan habis selama-lamanya. Dengan sifat ini seseorang tidak akan pernah merasa kekurangan bagaimanapun kondisi yang sedang dihadapinya. Dan ini adalah hakikat dari kekayaan, yaitu dia merasa cukup dengan apa yang Allah berikan kepadanya. Sebagaimana kata Nabi ShallAllahu ‘Alaihi wa Sallam:

لَيس الغِنَي عَن كثْرَةِ العَرضِ، وَلكِنَّ الغنِيَ غِنَي النَّفسِ

“Yang namanya kaya itu bukanlah kaya harta yang kita miliki, tapi hakikat kaya yang sebenarnya adalah kaya hati.” (HR. Bukhari Muslim)

Dan maksud dari غِنَي النَّفسِ di sini adalah salah satunya orang yang memiliki sifat qana’ah. Maka dia disebut orang yang kaya hati. Karena hatinya dipersenjatai dengan qana’ah hingga hatinya pun menjadi hati yang kaya. Inilah hakikat dari kekayaan yang sebenarnya. Orang yang senantiasa berkecukupan, orang yang senantiasa merasa cukup atas apa yang Allah berikan kepadanya.

Qana’ah ini ini lahir dari orang yang bisa memandang dan melihat rezeki yang Allah berikan kepadanya. Dan qana’ah ini lahir dari rasa syukur seorang hamba kepada Rabbnya. Hanya hamba yang bersyukur yang bisa qana’ah. Karena qana’ah ini lahir atas rasa syukur kita kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, tidak pernah merasa kecewa dengan apa yang Allah berikan dan merasa bahwa apa yang Allah beri lebih banyak daripada apa yang dia bayangkan. Dari situ lahirlah qana’ah.

Tanpa syukur, tidak mungkin lahir qana’ah. Orang yang kufur nikmat maka cenderung dia akan mengecilkan dan meremehkan nikmat-nikmat Allah Subhanahu wa Ta’ala dan dia akan merasa terus kekurangan dan tidak pernah merasa cukup dan puas. Hatinya akan diisi oleh sifat yang negatif dan buruk, lawan dari zuhud yaitu tamak. Sifat ini akan membuat dia merasa segala apapun yang Allah berikan kepadanya tidak berarti dan tidak berharga. Dan dia merasa apa yang dimiliki orang lebih baik dari apa yang dia miliki. Maka orang ini pun jatuh kepada satu bentuk yang Allah ancamkan di dalam Al-Qur’an:

…وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ ﴿٧﴾

“…Jika kamu kufur, maka sungguh adzabKu sangatlah pedih.” (QS. Ibrahim[14]: 7)

Orang yang tidak memiliki sifat qana’ah ini maka dia akan jatuh kepada sifat kufur nikmat tadi. Dan tentunya orang-orang yang bersyukur ini karena mereka senantiasa melihat nikmat-nikmat Allah, mengamalkan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

وَأَمَّا بِنِعْمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّثْ ﴿١١﴾

Dan adapun terhadap nikmat-nikmat Rabbmu maka sebut-sebutlah (lihatlah) dengan lebih detail, perinci, sering-sering melihat nikmat-nikmat Allah.” (QS. Ad-Dhuha[93]: 11)

Maka salah satu yang kita hasilkan dan kita dapatkan dari tadabbur ayat-ayat Allah adalah munculnya rasa syukur. Bahwa kita ini telah dapat nikmat yang begitu banyak dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Ini akan melahirkan sifat qana’ah tadi.

Simak pembahasan yang penuh manfaat pada menit ke-8:14

Download MP3 Kajian Tentang Sifat Qana’ah

Download mp3 yang lain tentang Aktualisasi Akhlak Muslim di sini.


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/48600-sifat-qanaah/